Senin, 30 Juli 2012

Masa Sadarku

Diposting oleh shine gasari di 00.25.00 0 komentar
Mungkin memang tak terpikir akan menjadi seperti apa aku nanti, yang aku yakini sekarang adalah jika aku berusaha lebih baik maka aku juga akan menjadi sesuatu yang baik dan berguna, bahkan membuat bangga kedua orang tua...

Menyadari diri saja jika mungkin memang aku pernah menjadi sosok yang sombong, egois, pemarah, iri, ataupun pikiran jahat, tetapi tak akan pernah berlangsung lama. selalu saja aku tersadar bahwa aku hidup di bumi hanya mampir sebentar... Penciptaku saja tak pernah menyombongkan hasil ciptaannya, kenapa aku begitu sombong, angkuh dan egois...

Jujur, semakin melihat keadaan atas, semakin ku ingin hal-hal itu.. hal yang membuat semua orang buta akan jati dirinya, buta tentang keluarganya, temannya maupun Tuhannya. Melihat keadaan di atas ku memang tak akan selalu memperbaiki keadaanku, karena ketika ku sadar aku bukanlah siapa-siapa. Keadaan diatas yang kumaksud adalah segala sesuatu yang mewah, anggun, penuh kebahagiaan dan tak kekurangan sesuatu hal apapun. Jika aku mengalami kondisi itu, mendadak ku pejamkan mata untuk mengembalikan diriku kepada kenyataan yang sebenarnya dan lebih banyak mencoba lihat ke bawah bahwa bukan hanya aku yang merasakan hal-hal sulit, tetapi juga mereka yang berada lebih dibawahku...

Dulu, kusadari saat ku masih belum dewasa, aku hanya tau kalau yang kuingin pasti akan terwujud, karena kutahu kedua orang tuaku mampu memenuhi semua mauku, tapi perlahan kuingat bahwa aku memiliki teman yang tidak seberuntung diriku, dan saat itulah aku mulai berpikir dua kali saat akan meminta sesuatu hal yang kuingin, kupikir dua kali bahkan tiga sampai empat kali dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan hambatan kepada diriku sendiri seperti contohnya "memangnya untuk apa aku meminta barang seperti ini?", "apa gunanya barang ini untukku?" "apakah barang ini dapat membuatku lebih baik dari kondisi yang sekarang?" jika tidak, maka tak akan kuminta atau kutagih lagi sesuatu yang kuinginkan itu..

Kasih sayang kedua orang tuaku begitu berarti, mengajarkanku berbagai hal, mulai dari kebahagiaan, kecerdasan emosional, ketidakpastian kondisi, keburukan dunia, kejujuran dan kebohongan, bahkan mereka juga mengajarkanku tentang cara menularkan kebahagiaan kepada orang lain. inginku membalasnya dengan sesuatu yang berarti, dan kupikir sampai sekarang aku masih belum juga bisa menggantinya, mungkin tak akan bisa...

Mulai tumbuh menjadi seseorang yang akan berpengaruh terhadap lingkungan sekitarnya, aku juga menyadari hal-hal yang selama ini hanya kulihat tapi tak benar-benar kulihat yaitu kemunafikan seseorang. Aku pun pernah mengalami hal tersebut, tapi yakin tak sering ku lakukan hal itu. Ya, munafik, banyak orang yang kutemui tak seperti seseorang yang pernah kudengar atau bahkan yang pernah bertemu denganku sebelumnya.. Bukan berubah, tetapi menyembunyikan se  suatu yang sebenarnya tak perlu disembunyikan untuk memperbaik keadaan.. Dalam hal ini, banyak yang ingin ku jelaskan, memang ada beberapa alasan yang menjadikan munafik sebagai sesuatu yang terletak di kondisi tragis antara baik dan buruk.. tapi menurutku semua hal munafik itu berdampak buruk juga pada akhirnya.

Pernah kutemui seseorang dengan wajah yang manis, baik hati dan selalu sopan saat berbicara dan menanggapi pembicaraan, tapi aku tak pernah dekat dengannya.. suatu hari aku bertemu dengannya lagi dengan keadaan yang sama seperti awal aku bertemu, munafiknya dia membicarakan sesuatu hal yang membuatku tak nyaman lagi dengannya yaitu kejujuran, bukan karena temanya yang membuatku tak nyaman tetapi cara dia menyampaikannya. Dia menyampaikan hal tersebut dengan membandingkan orang lain yang ku kenal keduanya, dia bilang dia jujur tetapi dia munafik karena dia berkata jujur di belakang orang tersebut. dann dihadapannya, aku seolah tak dianggap karena dia sangat sangat sangat akrab dengan orang yang kukenal buruknya dari kejujuran temanku tersebut...

--berlanjut--

Rabu, 18 Juli 2012

Perasaan yang mungkin sama antara anda dan saya

Diposting oleh shine gasari di 21.37.00 0 komentar
Mungkin pernah terbersit di benak masing-masing,
bagaimana jika saya gagal?
bagaimana jika banyak orang yang mencemooh saya?
bagaimana jika saya tidak berhasil membahagiakan orang tua?
bagaimana jika saya tidak menjadi orang yang bisa dibanggakan?
bagaimana jika sekolah saya buruk?
bagaimana jika orang tua saya marah?
bagaimana jika saya tak memiliki teman?

Mungkin pernah terbersit di benak masing-masing tentang mengakhiri hidup dan putus asa...
Mungkin pernah terbersit di benak masing-masing tentang ketidakmampuan diri menghadapi dunia...
Mungkin pernah terbersit di benak masing-masing tentang pertanyaan untuk apa hidup di dunia...
Mungkin pernah terbersit di benak masing-masing tentang kebodohan dan kegagalan yang selalu datang...

Berusaha menyadari diri sendiri bahwa saya pun juga pernah mengalami hal tersebut..
Sebelum saya beranjak dewasapun saya sudah memikirkan hal itu...

Saat akan memasukin sekolah dasar...
bagaimana jika saya tidak punya banyak teman nanti?
bagaimana jika saya sering dimarahi guru?
bagaimana jika tindakan saya selalu salah?
bagaimana jika nilai-nilai saya buruk?

Saat akan memasuki sekolah menengah pertama...
bagaimana jika nilai saya tidak cukup untuk masuk SMP manapun?
bagaimana jika pelajarannya sangat sulit?
bagaimana jika banyak teman yang mengolok saya?
bagaimana jika saya tidak naik kelas?

Saat akan memasuki sekolah menengah atas...
bagaimana jika nilai saya tidak dapat mencapai SMA manapun?
bagaimana jika saya tak memiliki teman?
bagaimana jika pelajarannya tidak dapat saya jangkau?
bagaimana jika nilai-nilai saya semakin buruk?
bagaimana jika orang tua saya berharap terlalu lebih terhadap saya?

Saat akan memasuki perguruan tinggi...
bagaimana jika saya selalu gagal tes masuk?
bagaimana jika orang tua saya keberatan terhadap biaya sekolah saya?
bagaimana jika ekonomi keluarga saya menurun karena saya?
bagaimana jika saya nanti terlambat lulus kuliah?
bagaimana jika nanti nilai-nilai saya tidak menjamin untuk melamar pekerjaan?
bagaimana jika nanti teman-teman saya banyak yang menjauhi karena saya cupu, dll?

Intinya, saya pun pernah merasakan ketidakpastian hidup dan semakin saya takut semakin banyak pertanyaan-pertanyaan yang keluar...
Semakin tinggi pemikiran dan tingkatan seseorang juga akan semakin banyak hal-hal yang mempengaruhi otak untuk mengeluarkan pertanyaan-pertanyaan yang mungkin tidak perlu untuk dikeluarkan...

Berbekal pernyataan...
Allah SWT selalu ada di sisi saya, Allah SWT tidak akan memberi cobaan yang melebihi kemampuan saya, dan sata pasti bisa jika saya mau...

serasa semuanya selesai, serasa semua pertanyaan bahkan yang belum ditanyakan pun telah terjawab...


Senin, 30 Juli 2012

Masa Sadarku

Mungkin memang tak terpikir akan menjadi seperti apa aku nanti, yang aku yakini sekarang adalah jika aku berusaha lebih baik maka aku juga akan menjadi sesuatu yang baik dan berguna, bahkan membuat bangga kedua orang tua...

Menyadari diri saja jika mungkin memang aku pernah menjadi sosok yang sombong, egois, pemarah, iri, ataupun pikiran jahat, tetapi tak akan pernah berlangsung lama. selalu saja aku tersadar bahwa aku hidup di bumi hanya mampir sebentar... Penciptaku saja tak pernah menyombongkan hasil ciptaannya, kenapa aku begitu sombong, angkuh dan egois...

Jujur, semakin melihat keadaan atas, semakin ku ingin hal-hal itu.. hal yang membuat semua orang buta akan jati dirinya, buta tentang keluarganya, temannya maupun Tuhannya. Melihat keadaan di atas ku memang tak akan selalu memperbaiki keadaanku, karena ketika ku sadar aku bukanlah siapa-siapa. Keadaan diatas yang kumaksud adalah segala sesuatu yang mewah, anggun, penuh kebahagiaan dan tak kekurangan sesuatu hal apapun. Jika aku mengalami kondisi itu, mendadak ku pejamkan mata untuk mengembalikan diriku kepada kenyataan yang sebenarnya dan lebih banyak mencoba lihat ke bawah bahwa bukan hanya aku yang merasakan hal-hal sulit, tetapi juga mereka yang berada lebih dibawahku...

Dulu, kusadari saat ku masih belum dewasa, aku hanya tau kalau yang kuingin pasti akan terwujud, karena kutahu kedua orang tuaku mampu memenuhi semua mauku, tapi perlahan kuingat bahwa aku memiliki teman yang tidak seberuntung diriku, dan saat itulah aku mulai berpikir dua kali saat akan meminta sesuatu hal yang kuingin, kupikir dua kali bahkan tiga sampai empat kali dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan hambatan kepada diriku sendiri seperti contohnya "memangnya untuk apa aku meminta barang seperti ini?", "apa gunanya barang ini untukku?" "apakah barang ini dapat membuatku lebih baik dari kondisi yang sekarang?" jika tidak, maka tak akan kuminta atau kutagih lagi sesuatu yang kuinginkan itu..

Kasih sayang kedua orang tuaku begitu berarti, mengajarkanku berbagai hal, mulai dari kebahagiaan, kecerdasan emosional, ketidakpastian kondisi, keburukan dunia, kejujuran dan kebohongan, bahkan mereka juga mengajarkanku tentang cara menularkan kebahagiaan kepada orang lain. inginku membalasnya dengan sesuatu yang berarti, dan kupikir sampai sekarang aku masih belum juga bisa menggantinya, mungkin tak akan bisa...

Mulai tumbuh menjadi seseorang yang akan berpengaruh terhadap lingkungan sekitarnya, aku juga menyadari hal-hal yang selama ini hanya kulihat tapi tak benar-benar kulihat yaitu kemunafikan seseorang. Aku pun pernah mengalami hal tersebut, tapi yakin tak sering ku lakukan hal itu. Ya, munafik, banyak orang yang kutemui tak seperti seseorang yang pernah kudengar atau bahkan yang pernah bertemu denganku sebelumnya.. Bukan berubah, tetapi menyembunyikan se  suatu yang sebenarnya tak perlu disembunyikan untuk memperbaik keadaan.. Dalam hal ini, banyak yang ingin ku jelaskan, memang ada beberapa alasan yang menjadikan munafik sebagai sesuatu yang terletak di kondisi tragis antara baik dan buruk.. tapi menurutku semua hal munafik itu berdampak buruk juga pada akhirnya.

Pernah kutemui seseorang dengan wajah yang manis, baik hati dan selalu sopan saat berbicara dan menanggapi pembicaraan, tapi aku tak pernah dekat dengannya.. suatu hari aku bertemu dengannya lagi dengan keadaan yang sama seperti awal aku bertemu, munafiknya dia membicarakan sesuatu hal yang membuatku tak nyaman lagi dengannya yaitu kejujuran, bukan karena temanya yang membuatku tak nyaman tetapi cara dia menyampaikannya. Dia menyampaikan hal tersebut dengan membandingkan orang lain yang ku kenal keduanya, dia bilang dia jujur tetapi dia munafik karena dia berkata jujur di belakang orang tersebut. dann dihadapannya, aku seolah tak dianggap karena dia sangat sangat sangat akrab dengan orang yang kukenal buruknya dari kejujuran temanku tersebut...

--berlanjut--

Rabu, 18 Juli 2012

Perasaan yang mungkin sama antara anda dan saya

Mungkin pernah terbersit di benak masing-masing,
bagaimana jika saya gagal?
bagaimana jika banyak orang yang mencemooh saya?
bagaimana jika saya tidak berhasil membahagiakan orang tua?
bagaimana jika saya tidak menjadi orang yang bisa dibanggakan?
bagaimana jika sekolah saya buruk?
bagaimana jika orang tua saya marah?
bagaimana jika saya tak memiliki teman?

Mungkin pernah terbersit di benak masing-masing tentang mengakhiri hidup dan putus asa...
Mungkin pernah terbersit di benak masing-masing tentang ketidakmampuan diri menghadapi dunia...
Mungkin pernah terbersit di benak masing-masing tentang pertanyaan untuk apa hidup di dunia...
Mungkin pernah terbersit di benak masing-masing tentang kebodohan dan kegagalan yang selalu datang...

Berusaha menyadari diri sendiri bahwa saya pun juga pernah mengalami hal tersebut..
Sebelum saya beranjak dewasapun saya sudah memikirkan hal itu...

Saat akan memasukin sekolah dasar...
bagaimana jika saya tidak punya banyak teman nanti?
bagaimana jika saya sering dimarahi guru?
bagaimana jika tindakan saya selalu salah?
bagaimana jika nilai-nilai saya buruk?

Saat akan memasuki sekolah menengah pertama...
bagaimana jika nilai saya tidak cukup untuk masuk SMP manapun?
bagaimana jika pelajarannya sangat sulit?
bagaimana jika banyak teman yang mengolok saya?
bagaimana jika saya tidak naik kelas?

Saat akan memasuki sekolah menengah atas...
bagaimana jika nilai saya tidak dapat mencapai SMA manapun?
bagaimana jika saya tak memiliki teman?
bagaimana jika pelajarannya tidak dapat saya jangkau?
bagaimana jika nilai-nilai saya semakin buruk?
bagaimana jika orang tua saya berharap terlalu lebih terhadap saya?

Saat akan memasuki perguruan tinggi...
bagaimana jika saya selalu gagal tes masuk?
bagaimana jika orang tua saya keberatan terhadap biaya sekolah saya?
bagaimana jika ekonomi keluarga saya menurun karena saya?
bagaimana jika saya nanti terlambat lulus kuliah?
bagaimana jika nanti nilai-nilai saya tidak menjamin untuk melamar pekerjaan?
bagaimana jika nanti teman-teman saya banyak yang menjauhi karena saya cupu, dll?

Intinya, saya pun pernah merasakan ketidakpastian hidup dan semakin saya takut semakin banyak pertanyaan-pertanyaan yang keluar...
Semakin tinggi pemikiran dan tingkatan seseorang juga akan semakin banyak hal-hal yang mempengaruhi otak untuk mengeluarkan pertanyaan-pertanyaan yang mungkin tidak perlu untuk dikeluarkan...

Berbekal pernyataan...
Allah SWT selalu ada di sisi saya, Allah SWT tidak akan memberi cobaan yang melebihi kemampuan saya, dan sata pasti bisa jika saya mau...

serasa semuanya selesai, serasa semua pertanyaan bahkan yang belum ditanyakan pun telah terjawab...


 

The Amazing World Copyright © 2009 Paper Girl is Designed by Ipietoon Blogger Template Sponsored by web hosting